Terjemahan

Rabu, 24 Oktober 2012

Cerpen "Tak Abadi Itu Tak Mungkin"




[Type the document title]
[Type the document subtitle]

[Year]
[Type the author name]
[Type the company name]
[Pick the date]
 


 Betapa aku tak mau berpisah dengannya. Ya...  Anggi namanya, Anggi Maulana Septiansyah. Dia adalah laki-laki yang memang telah membuat hatiku enggan untuk menerima cinta yang lain.
Berawal dari perjumpaan kita di jejaring sosial facebook saat aku masih menggunakan akun lamaku yang sekarang sudah tak ku pergunakan lagi, aku tak sengaja mengenalnya di facebook dengan sosok dia yang mmm... Gampang akrab, bawel, kocak dan sok kecakepan gitu deh. Hmmm, sungguh tak aku dapati di pikiranku tentang hal ini. Hari demi hari kita jadi makin sering saling comment di facebook, baik itu aku Di statusnya begitupun juga dia Di statusku. Sampai-sampai kita tukeran nomor handphone. Kita saling bertanya tentang latarbelakang masing-masing lewat telpon dan sms. Kelihatannya sih dia bukan tipe orang yang mudah tersinggung, aku jadi tak sungkan untuk bertanya banyak hal  padanya, segala hal yang membuat aku penasaran aku tanyakan padanya. Begitupun juga saat dia bertanya tentang aku, aku jawab saja seadanya. Kita saling terbuka satu sama lain lah..
Dia tinggal Di daerah Kota Baru-Cikampek, masalah pekerjaan dia cukup mapan lah, mungkin karena dia pandai memenej keuangannya, meskipun hanya seorang staff karyawan Di PT. NISSAN MOTOR INDONESIA yang memproduksi mobil, yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Soal pendidikan, dia lulusan SMA. Selanjutnya, dengan tak sengaja aku bertanya tentang statusnya, waw... Ternyata dia tak lajang, dia terikat hubungan dengan seorang wanita yang bernama Nia. Tapi, hatiku tak sedikitpun merasa cemburu saat itu. Wajar sih, mungkin karena kita belum lama kenal. Ada pepatah mengatakan ‘tak kenal maka tak sayang’. hehe..
 Kabarnya, hubungan mereka sedang rumit, Anggi yang menceritakannya padaku. Dia sering curhat padaku tentang hubungannya dengan wanita bernama Nia itu. Huh, hatiku menciut serasa banyak salah. Aku takut kerumitan hubungan mereka gara-gara aku, aku sadar bahwa aku dan Anggi memang kelihatan begitu akrab sekali jika kita saling comment, seolah teman dekat. Sejenak, sempat ku tinggikan keegoisanku untuk tidak begitu merasa bersalah. “Untuk apa aku merasa bersalah, toh sebelumnya aku kan sama sekali gak tahu kalau Anggi punya pacar. Lagian di informasi profilnya saja, tak tercantum status berpacaran mereka. Jadi, aku gak salah kan... Huumm”. Hati egoisku bergumam. Dan ternyata aku benar, penyebab kerumitan hubungan mereka bukan aku penyebabnya. Tapi, memang sedang ada masalah saja diantara mereka. Masalah sebenarnya apa ntahlah, tak aku tanyakan pada Anggi. Takutnya aku dikira songong dan serba mau tahu. Yang penting, hatiku lega setelahnya.
Hari demi hari, semakin seringnya kita contact’an. Aku serasa jadi adiknya Anggi, tak malu aku katakan tentang itu padanya. Ternyata yang Anggi rasakan juga sama yang akhirnya Anggi pun menganggap aku sebagai adiknya. Dari saat itu, aku mulai pAnggil dia dengan sebutan ‘kakak’, begitupun Anggi memAnggilku dengan sebutan ‘adek’. Dari situlah aku jadi makin leluasa bercerita apapun padanya, aku banyak bercerita tentang keseharianku di Sekolah. Bahkan, aku sering juga meminta bantuannya saat aku kesusahan mengerjakan PR. Tanpa terlihat keberatan, dia pun membantuku. Ternyata dia cukup pandai juga di segi akademiknya. Betapa aku jadi mengaguminya, “andai aku punya pacar seperti dia”. Begitu pikirku saat itu.
Hushh.. aku berlebihan ah. Ku anggap itu khayalan semataku. Tapi ternyata tidak, yang ada khayalan itu malah turun ke hatiku. Terasa saat Anggi lagi-lagi bercerita tentang Nia, ada perasaan aneh di hatiku, perasaan cemburu. Sungguh aneh..!! hmm. Aku coba redam dan ku tahan perasaan yang ada di benakku itu, berpura-pura biasa saja, ya.. meskipun menyebalkan sih..
Tak lama dari kejadian itu, malah ada dua hal yang membuatku begitu merasa tersiksa. Akun facebook-ku di hack orang lain, ntah siapa; handphone-ku juga rusak tercebur kolam di Rumah nenekku. Uuhhh.. sungguh-sungguh menyebalkan. Hal itu membuat aku dan Anggi jadi lost contact.
Saat handphone-ku belum selesai dibetulkan, selalu ada rasa kangenku pada Anggi. Yang namanya Cinta, gitu kali yah.. ???hihii. selang beberapa Minggu, handphone-ku pun telah selesai dibetulkan dan bisa ku gunakan lagi. Namun sayangnya, nomor Anggi tak ada di list contack handphone-ku. Mungkin ter-remove saat proses refresh waktu servis, ntah aku yang teledor tak menyimpannya di telepon. Demi bisa lagi contact-an lagi sama Anggi, akupun tak mau kehilangan akal. Aku buat saja akun facebook  baru. Dan yupp, aku dan Anggi pun bertemu lagi. Dia menyapaku, bertanya tentang kemana saja aku selama ini. Ya, aku jawab saja seadanya. Bahagianya aku bisa bertemu dia lagi, uukhhmm...
Tak lama dari saling sapa, kita pun berlanjut saling curhat. Aku curhat dengan keadaanku yang tiada lain  seorang  jomblowati. Haha.. sedangkan dia katanya, hubungannya dengan Nia sudah putus seminggu yang lalu. Semakin bahagianya hatiku. “kesempatan di depan mata, yuhuu..” sorak hatiku. Tapi, hal itu tak mungkin aku ungkapkan langsung pada Anggi, nanti dikiranya aku kegatelan lagi. Ogahh deh..
Sebelum kita off-line, aku memberikan nomor baruku kepada Anggi. Modus biar aku bisa makin dekat sama dia. Hehe. Semakin hari, kebaikannya semakin ku rasakan. Rasa nyaman selalu ku rasakan saat dia memberiku nasihat-nasihat kecil, semakin aku mengagumi sikapnya. Tapi kenapa, takdir cinta itu tak kunjung datang? Aku sudah tak sabar ingin memilikinya. Berharap Tuhan menghendaki apa yang ku mau.
Keesokannya, aku kembali mengunjungi dunia maya. Aku dikejutkan dengan status Anggi yang sungguh membuatku miris hati. “jika kau mau, kan ku tunjuk kau sebagai calon istriku”. Begitu bunyi statusnya. Iiiuuwww, KamSeUPay.. !! aku benci hal itu, tega-teganya dia menyimpan perasaan pada seorang wanita. Kenapa selama ini dia tidak bercerita padaku. Huhh..
Tanpa ku perlihatkan perasaanku yang kesal bercampur cemburu, aku tanyakan pada Anggi tentang bagaimana kejadian yang sebenarnya. Ih waw, ‘PUCUK DICINTA ULAM PUN TIBA’. Dia malah menyatakan cinta padaku. “ih, gombal..” kataku. “bukannya kakak sedang  dekat dengan wanita lain?” tuduhku. “iya, memang benar. Kakak memang sedang dekat dengan seorang wanita. Dan tahukah kamu, Nur, wanita yang kakak maksud itu adalah kamu.”  Katanya mempertegas. Waw.. sungguh mengejutkan. Tak ku kira, ternyata perasaannyadan perasaanku sama. Tapi, tak begitu langsung aku menerima cintanya sekalipun aku memang mencintainya. Dengan sedikit jual mahal, aku tunda jawabanku sampai 2 hari. Lalu aku terima cintanya. Sejak saat itulah pAnggilan ‘adik’ dari Anggi dan pAnggilan ‘kakak’ dariku pada Anggi berubah menjadi pAnggilan ‘sayang’.
Saat itu, rasaku belum terlalu full, aku tak mau menjadi korban facebook seperti yang orang lain alami. Dan aku meminta Anggi untuk menemuiku. Dengan sikapnya yang dewasa itu, dia pun menyanggupi apa yang aku mau. Dua minggu setelah aku berkata, dia pun menepati janjinya dengan langsung datang ke rumahku. Pada saat bertemu dengan ayahku, dia malah ngomong tentang keseriusan akan hubungannya denganku. Betapa bijaknya dia menurutku. Karena memang laki-laki yang seperti itulah yang aku inginkan, sejak saat itu mulailah ku titipkan kepercayaan dan rasa cintaku sepenuhnya padanya. Semoga Alloh menghendaki hubungan kami, menuntun kami menuju hubungan yang dipenuhi keharmonisan cinta untuk meraih ridho-Nya. Amiinnn..

SEKIAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar